Tuesday 14 February 2012

Gelap

Satu....
Dua...
Tiga...

Lihatlah ke kiri, lalu ke kanan.
Diam, dan renungkanlah, apa yang kamu rasakan sekarang.
Mungkin beda dengan apa yang kurasakan. 
Mungkin berbeda jauh,
Mungkin berbanding terbalik,
Mungkin juga sama.

Hmm, kamu suka gelap?
Aku juga suka.
Tapi aku gak pernah lihat gelap yang seperti ini...

Gelap.
Bukan yang benar-benar gelap sampai kamu gak bisa melihat apapun.
Dan juga bukan gelap yang gampang untuk dicari dimana letak terangnya.
Gelap, yang berbeda.
Gelap, yang harus memakan pemahaman yang mendalam.

Gelap yang harus benar-benar dimengerti,
Agar kamu tidak takut ketika merasa didalamnya,
Agar kamu tidak goyah, dan tidak lari untuk mencari dimana terang,
Karena gelap ini adalah gelap yang harus kamu hadapi.

Gelap yang terisi tangis, makian, emosi, amarah, kesabaran...
Banyak lagi.
Seperti yang aku bilang tadi, ini gelap yang harus benar-benar dimengerti.
Dimengerti dimana letak perbedaannya, dimana letak kesalahannya, dimana letak kebenarannya.

Disaat kamu berada dalam gelap ini bersama orang-orang yang pasti terlibat di dalamnya. 
Pikirkanlah siapa saja yang kamu mau untuk terlibat di dalam gelap ini.
Tapi coba pikirkanlah orang yang kamu pikir akan menerima kamu dan akan bersedia bersama kamu dalam gelap ini.

Kamu... ketika masuk dalam gelap ini, ketika kamu tahu kenapa kamu harus terlibat dalam gelap ini,
kamu melihat sesuatu.
Masalah.

Namun kali ini, aku akan bercerita tentang bagaimana aku menghadapi gelap ini.

Ketika aku berada di dalamnya, ketika aku tahu masalahnya.
Awalnya, ya, aku tak takut akan gelap, jadi kenapa aku harus takut akan gelap yang seperti ini?
Yang tampak seperti biasanya.
Jadi, untuk awalnya aku menyepelekannya.
Bukan menyepelekannya karena gelap ini gak penting,
tapi aku tahu kalau dengan cepat terang akan datang.

Sampai akhirnya, aku bersama dengan orang-orang yang harus juga terlibat dalam gelap ini.
Dimana mereka heran, bertanya, berpikir kenapa kami ada di gelap ini.
Ketika semuanya mencoba untuk mencari jawabannya dalam cara yang berbeda-beda,
dalam pemikiran yang berbeda-beda, dalam pemahaman yang berbeda-beda,
dalam batin yang berbeda-beda.

Tapi kami tahu satu hal, 
kami masuk ke dalam gelap ini bersama-sama, maka kami juga akan keluar dari gelap ini bersama-sama.

Dalam pandanganku, gelap ini benar-benar menyesakkan.
Dimana ada garis waktu yang mengikat kami, kami yang berbeda-beda,
diantara kami yang tetap ingin bersama dalam garis ini, dan terus bersama hingga terang datang
disitu ada mereka yang ingin lepas dari garis ini dan melihat ada cara lain untuk keluar dari gelap ini dan bukan dengan cara bersama-sama. 

Berbagai suara, berbagai pendapat, berbagai cara kami pikirkan untuk keluar dari gelap ini.
Aku mendengar suara orang-orang ini, ya aku dengar, ya aku paham.
Aku paham apa yang mereka rasakan, aku paham yang mereka katakan, aku paham apa yang mereka mau,
Aku paham.
Aku bisa katakan aku dipihak netral, aku dipihak yang mengerti.

Anehnya, disaat aku mengerti, disaat aku paham, disaat aku dipersilahkan untuk turut mengeluarkan pendapat, aku malah buntu.
Aku tau kok, aku ngerti kok, aku paham apa yang terjadi, perasaan mereka masing-masing, apa yang mereka mau
Tapi kenapa aku gak mengerti dengan apa yang aku rasakan? 
Kenapa aku gak tahu sama sekali apa yang aku mau?
Kenapa aku bisa mengerti dan memahami, tapi aku gak bisa dimengerti dan dipahami?
Aku dan diriku sendiri?

Yang aku tahu, saat semua perbedaan keluar, aku merasakan satu hal.
Sedih.

Dan aku baru tahu, kenapa gelap ini adalah gelap yang tak pernah aku lihat sebelumnya.
Karena di dalam gelap ini, aku tak bisa melihat diriku sendiri.

Kata-kata, "ngerti gak sih?" atau "kalin tuh gak ngerti", aku dengarkan.
Semua orang pengen dimengerti
Semua orang pengen orang lain juga merasakan hal yang dia rasakan.
Tapi disaat orang ingin dimengerti oleh orang lain, orang lain itu juga ingin dimengerti oleh orang yang ingin dimengerti tadi.
Semuanya sama-sama saling membutuhkan pengertian...

Yang aku lihat itu, itulah masalah sebenarnya.
Tapi hal yang lebih penting terlihat olehku adalah garis yang menyatukan kami
Garis yang mengikat kami, garis waktu yang sudah ada sejak lama.
Dan di dalam gelap ini, aku baru merasakan garis ini menua dan berubah.
Garis yang menyatukan kami dalam gelap ini, perlahan rapuh, seakan membiarkan kami untuk lari dan meninggalkannya sendiri.
Kami di dalam gelap ini, ya karena adanya garis ini, garis ini yang mengikat kami.

Waktu.
Astaga, waktu!
Waktu itu emang abadi, tapi aku baru sadar apa itu yang namanya, 'waktu bisa merubah segalanya'.

Yang aku mau....
Kita, kami, bisa keluar dari gelap ini bersama-sama dengan garis waktu yang menyatukan kami.
Tapi....

Aku tahu, aku mengerti
Kenapa kami berada dalam gelap ini, dan kenapa terang tak muncul juga.
Ini hidup, ini manusiawi, ini hal yang lazim, ini hukum alam.
Memang sudah saatnya kami berada dalam gelap ini.
Tapi sulit untuk menemukan terang.
Karena ternyata tidak semua dari kami melihat terang yang sama.

Kesetiaan, rasa peduli, rasa mengerti...

Sudah. Aku paham.
Aku suka dengan gelap, tapi aku memang tak pernah melihat gelap yang seperti ini.

Rasa sedih ini, mungkin hanya untuk sementara
Tapi kenangan kenapa kami berada dalam gelap atau terang, akan abadi.
Akan kuingat sampai nanti.

Aku galau, galau karena persahabatan aku yang lebih penting dari segalanya.
Tapi ya udahlah ya, kesadaran dari diri kita masing-masing aja.
Gak usah saling menyalahkan, koreksi aja dulu diri sendiri, baru melihat ke yang lain.
Ambil positifnya aja...

Yang jelas, aku tahu kok hal ini pasti terjadi.
Walaupun aku juga gak tau harus berbuat apa saat hal ini terjadi.
Yang aku mau, aku dan mereka yang masih peduli, yang masih sayang, tetep bersama-sama.
Tetep jadi sahabat yang bakal susah saat kita susah, bakal senang saat kita senang.
Bakal ada tiap kita butuh, walaupun kita butuh disaat yang gak tepat.
Sahabat yang selalu ada, sahabat yang saling mengerti.

Semua butuh proses, jadi saling mengerti satu sama lain juga butuh proses.

Setelah nulis post ini, aku jadi ngerasa lega.
Maaf, karena aku gak bisa sampaikan apa yang aku tulis di blog ini, karena aku menghindari perdebatan dan aku bukan orang yang pandai mengeluarkan unek-unek sebenarnya.

Maaf kalau ada yang salah dari post ini, sekali lagi maaf.
Kalau bisa, kesalahan itu disampaikan, agar aku bisa memperbaiki pandangan aku ini.

Selebihnya, aku masih suka gelap.
Dan aku tahu gelap yang seperti ini pasti ada, walau aku juga gak tahu harus bagaimana ketika gelap ini datang.
Tapi dengan mengerti, melihat, merasakan, pasti ada caranya untuk menuju terang. Cara yang lebih mudah.

"Segala milikku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah, wajar terpisah dariku" -Abhinhapaccavekkhana Patha-

No comments: